Patung Berusia 12.000 Tahun Mengungkap Kepercayaan Kuno Tentang Interaksi Manusia-Hewan

6

Patung tanah liat yang sangat terawat, ditemukan di Israel, memberikan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai kepercayaan dan ekspresi artistik masyarakat Natufian yang hidup 12.000 tahun yang lalu. Patung kecil tersebut menggambarkan sosok manusia dengan seekor burung yang diposisikan sedemikian rupa sehingga mengisyaratkan suatu tindakan intim, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang persepsi manusia purba tentang seksualitas, spiritualitas, dan hubungan antara manusia dan hewan.

Penemuan dan Signifikansinya

Para arkeolog menemukan patung tersebut di Nahal Ein Gev II, sebuah situs arkeologi dekat Laut Galilea. Potongan tersebut, dibuat dari satu balok tanah liat dan kemudian dipecah menjadi tiga bagian, berukuran tinggi kurang dari empat sentimeter. Yang membuatnya luar biasa adalah kejelasan penggambarannya: wujud manusia dengan seekor burung bersandar pada posisi sugestif. Ini bukan sekadar representasi artistik; ini adalah penggambaran sosok manusia paling awal yang diketahui di Asia barat daya, sebelum masyarakat agraris mapan.

Suku Natufia adalah budaya pemburu-pengumpul menetap yang menduduki Israel, Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah antara 15.000 dan 11.500 tahun yang lalu. Permukiman mereka, meskipun tidak sepenuhnya bersifat pertanian, menunjukkan tanda-tanda awal adanya pemukiman permanen. Penemuan patung ini menunjukkan bahwa kebudayaan mereka jauh lebih kompleks daripada yang dipahami sebelumnya.

Apa yang Digambarkan oleh Patung itu

Patung tersebut memperlihatkan sesosok manusia, kemungkinan besar berjenis kelamin perempuan dengan adanya irisan segitiga yang mewakili daerah kemaluan dan bekas oval simetris di dekat wajah yang menunjukkan payudara. Di punggung manusia terdapat seekor burung, yang diidentifikasi dari tulang hewan yang ditemukan di lokasi tersebut kemungkinan besar adalah seekor angsa. Posisi burung dengan sayap terbentang ke belakang menandakan adanya tindakan kawin.

Meskipun beberapa penafsiran berpendapat bahwa patung tersebut menggambarkan seorang pemburu yang sedang mengangkut burung yang disembelih, para peneliti lebih menyukai penjelasan mitologis: representasi seekor angsa yang sedang kawin dengan seekor angsa betina yang sedang berjongkok. Penggambaran persatuan manusia-hewan seperti ini biasa terjadi dalam mitos-mitos selanjutnya, dan patung ini memberikan contoh paling awal yang diketahui.

Implikasinya terhadap Pemahaman Keyakinan Awal

Patung tersebut menantang asumsi tentang lanskap spiritual dan budaya pada periode pra-Neolitikum. Suku Natufia, yang hidup sebelum munculnya pertanian menetap, sudah terlibat dengan representasi simbolik yang kompleks. Tindakan pembuatan patung ini menunjukkan munculnya keinginan untuk menggambarkan citra perempuan, yang berpotensi terkait dengan meningkatnya peran perempuan dalam praktik spiritual.

Selain itu, sebagian sidik jari yang ditemukan pada patung tersebut mungkin menunjukkan bahwa patung tersebut dibuat oleh seorang wanita. Berdasarkan perbandingan kepadatan punggung bukit dengan sidik jari modern, jejak tersebut menunjukkan bahwa sidik jari tersebut ditulis oleh perempuan, meskipun hal ini masih bersifat tentatif.

Konteks yang Lebih Luas

Patung itu ditemukan di area situs yang digunakan untuk penguburan, bersama dengan deposit unik lainnya, termasuk penguburan anak-anak dan tempat penyimpanan gigi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki makna ritual. Penemuan ini terjadi pada saat pemahaman kita tentang budaya pra-Neolitik berkembang pesat.

Bangsa Natufian berada di titik puncak revolusi Neolitikum, transisi menuju pertanian menetap dan domestikasi. Patung ini menunjukkan bahwa, bahkan sebelum pergeseran ini, mereka telah menciptakan gambaran yang kompleks dan berpotensi mengekspresikan kepercayaan animisme. Ini adalah jendela menuju dunia di mana batasan antara manusia dan hewan lebih cair, dan dunia spiritual secara aktif direpresentasikan dalam seni.

Patung itu bukan sekadar artefak; ini adalah bukti ketertarikan manusia yang abadi terhadap alam dan misteri penciptaan. Hal ini menantang kita untuk mempertimbangkan kembali asumsi kita tentang asal mula kepercayaan dan evolusi kesadaran manusia