Objek antarbintang (ISO) – batuan dan es dari sistem bintang lain – merupakan bahaya baru bagi Bumi. Meskipun hanya tiga yang terkonfirmasi melewati tata surya kita (Oumuamua, 2L/Borisov, dan pengunjung saat ini 3I/Atlas), potensi dampak bencananya cukup besar, namun masih kurang dipahami. Ini bukan sekedar pertanyaan akademis; Sejarah awal tata surya ditandai oleh tabrakan yang dahsyat, dan meskipun dampak besar jarang terjadi saat ini, masuknya ISO secara terus-menerus tetap menimbulkan ancaman yang terus-menerus, meskipun tidak dapat diprediksi.
Arus Pengunjung Antarbintang yang Tak Terlihat
Selama 4,6 miliar tahun, ISO telah memasuki tata surya kita. Meski sebagian besar tidak mengenai Bumi, namun berdasarkan data waktu geologis, ada yang menunjukkan bahwa ada yang menghantam planet kita, sehingga berpotensi menciptakan kawah tumbukan kuno seperti struktur raksasa Vredefort di Afrika Selatan. Tidak seperti asteroid dan komet yang berasal dari sistem kita, ISO mendekat dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, menjadikannya lebih sulit dideteksi dan lebih merusak jika menabrak.
Riset Baru: Memetakan Ancaman
Sebuah studi baru-baru ini, “The Distribution of Earth-Impacting Interstellar Objects,” yang dipimpin oleh Darryl Seligman di Michigan State University, berupaya mengukur risiko ini. Penelitian ini tidak berfokus pada berapa banyak ISO yang ada (saat ini tidak dapat diukur) namun lebih pada dari mana kemungkinan ISO tersebut berasal dan kapan ISO tersebut akan muncul. Para ilmuwan mensimulasikan populasi satu miliar ISO yang dikeluarkan dari bintang katai M (katai merah, jenis yang paling umum di galaksi kita).
Temuan Penting: Arah, Waktu, dan Zona Rentan
Simulasi tersebut mengungkapkan bahwa ISO dua kali lebih mungkin berasal dari dua wilayah: puncak matahari (arah perjalanan Matahari melalui Bima Sakti) dan bidang galaksi (wilayah berbentuk cakram yang berisi sebagian besar bintang). Hal ini disebabkan oleh pergerakan Matahari dan kepadatan bintang yang lebih tinggi di bidang galaksi. Sebaliknya, ISO yang kemungkinan besar akan menabrak Bumi bergerak lebih lambat dibandingkan rata-rata, karena gravitasi lebih cenderung menangkap objek yang lebih lambat ke dalam orbit yang melintasi Bumi.
- Risiko Musiman: Kecepatan dampak tertinggi terjadi pada musim semi, ketika Bumi bergerak menuju puncak matahari. Namun, musim dingin mempunyai potensi dampak yang lebih besar karena posisi Bumi yang mengarah ke antapex matahari (tempat Matahari menjauh).
- Kerentanan Geografis: Garis lintang rendah di dekat khatulistiwa mempunyai risiko paling besar, dengan sedikit bias ke belahan bumi utara, yang merupakan rumah bagi sebagian besar populasi manusia.
Keterbatasan dan Prospek Masa Depan
Penelitian ini secara eksplisit mengakui keterbatasannya. Simulasi ini didasarkan pada ISO yang dikeluarkan dari sistem katai M, dan distribusi sebenarnya mungkin berbeda jika jenis bintang lain mendominasi. Namun, para peneliti yakin temuan inti – bias arah dan variasi musiman – kemungkinan besar benar, terlepas dari bintang sumbernya.
“Distribusi ini hanya berlaku untuk objek antarbintang yang memiliki kinematika bintang M. Asumsi kinematika yang berbeda akan mengubah distribusi yang disajikan dalam makalah ini.”
Pekerjaan ini terutama menginformasikan pengamatan di masa depan. Observatorium Vera Rubin yang akan datang, dengan Survei Warisan Ruang dan Waktu (LSST), akan menyediakan data dunia nyata untuk memvalidasi atau menyangkal simulasi ini.
Kesimpulan: ISO mewakili risiko eksistensial jangka panjang, meskipun probabilitasnya rendah terhadap Bumi. Meskipun perkiraan saat ini masih bersifat spekulatif, penelitian ini memberikan kerangka kerja penting untuk upaya deteksi dan penilaian bahaya di masa depan. Era mengenali ancaman antarbintang baru saja dimulai.
